Surat-Kabar.com | Peran media sosial diperkirakan akan semakin signifikan pada tahun politik 2023-2024, namun masyarakat juga perlu mewaspadai kemungkinan adanya berita bohong atau “hoax”.
“Masyarakat perlu mewaspadai adanya berita bohong atau ‘hoax’ yang ada di ruang ‘online’ media sosial,” kata Ketua Komando Khusus Anak Deker KOKAD Sulteng , Jhon Deker saat ditemui media di Sekretariat KOKAD Sulteng, Jum’at (2/12/2022 ).
Jhon menjelaskan, peran media sosial semakin signifikan dalam kampanye politik seiring dengan jumlah penggunanya yang terus meningkat.
“Opini kini dibangun tidak semata-mata di media arus utama, tetapi juga di media sosial. Bahkan beberapa kali agenda media arus utama dipengaruhi oleh perbincangan di media sosial,” katanya.
Meski demikian media sosial masih belum sepenuhnya digunakan untuk kampanye politik secara konstruktif, Kondisi demikian yang pada akhirnya dikhawatirkan memicu ‘hoax’, ujaran kebencian, konfrontasi terbuka dan lain sebagainya.
Apalagi, politik identitas juga semakin menemukan wujudnya melalui media sosial. Program-program kampanye rasional tenggelam oleh pertarungan identitas. Orang membangun pembedaan `kita` dan `mereka`,” katanya.
Sementara itu, Ketua KOKAD Kota Palu Arman Aco menambahkan bahwa perlu ada upaya untuk membangun pemilih yang cerdas mengingat banyak tantangan yang berat dengan adanya fenomena tersebut.
“Mengatasi ‘hoax’ ini, ada struktural langkah dan kultural. Strategi struktural, adalah pendekatan hukum. Di wilayah pemerintah, untuk mengantisipasi penyebaran hoaks melalui penegakan hukum,” ungkap Aco
Sementara upaya pencegahan, bisa dilakukan dengan mengajak semua kontestan partai politik ataupun kandidat agar berperan serta dalam kampanye “antihoax”.
“Jadi, selain penegakan hukum, pemerintah juga bisa mendukung kampanye ‘antihoax’ yang selama ini dilakukan oleh organisasi masyarakat atau komunitas-komunitas sosial,” Tutup Aco.
Hr