Surat-Kabar, Palu | Gempa bumi berkekuatan 7,4 magnitudo dan tsunami menghantam Kota Palu, Sigi,donggala (Pasigala), Sulteng, 28 September 2018.
Hampir 4 tahun berlalu dan masih teringat dan terngiang di balik bencana alam tersebut, kegiatan Pesona Palu Nomoni 3 dituding menjadi penyebabnya dan pemimpin dimasa itu Hidayat – Pasha merupakan pemuja setan, tudingan yang sangat sulit diterima oleh nalar fikiran manusia normal, dimana hujatan yang diarahkan ke Pemkot Palu lantaran menyelenggarakan Palu Nomoni 3 yang dituding sebagai biang terjadinya gempa dan tsunami
Menjawab seluruh tudingan yang tidak rasional Hidayat justru fokus pemulihan dengan mengambil inisiatif kebijakan membenahi semua jalan yang hancur terdampak gempa di kawasan timur dan barat kota palu, itu dilakukan 14 hari setelah gempa terjadi, kebijakan tersebut dianggapnya sangat berisiko dikarenakan anggaran pada saat itu belum tersedia dalam APBD Tahun 2018.
“saya ambil kebijakan yang sebenarnya beresiko hukum untuk saya tapi itu harus saya lakukan, syukurnya lagi kontraktor yang melaksanakan pekerjaan pembenahan jalan tersebut termasuk berani karena pada saat pembangunan anggaran pekerjaan tersebut belum ada tapi siap laksanakan pekerjaan, jadi sama sama kita berani dan ini demi untuk masyarakat”ungkap Hidayat saat ditemui media, Minggu, (26/06/2022).
“Alhamdulillah, saya tertolong dengan hadirnya sembilan orang tim dari Kementrian dalam negeri dalam membantu pengelolaan keuangan daerah pasca bencana yang hadir mengatur soal pengelolaan anggaran pasca bencana termasuk mengatur anggaran yang saya gunakan untuk pemulihan akses jalan yang menggunakan APBD sebesar 15 Miliar itu dikecualikan atau sah sah saja digunakan untuk bencana”, tambahnya
Hidayat kembali menambahkan, kehadiran tim dari pusat memberi petunjuk ke saya untuk menggeser seluruh anggaran 2018 full dapat digunakan untuk penanggulangan bencana tanpa pembahasan terlebih dahulu di DPR, atas petunjuk dari tim maka saya menggeser lagi anggaran untuk biaya jaminan hidup 42 ribu jiwa penyitas selama 3 bulan dengan total dana yang digunakan Rp. 36 Miliar.
“Pemberian bantuan jaminan hidup ini saya keluarkan selama 3 bulan karena saat itu bantuan jaminan hidup dari pemerintah pusat dalam hal ini Kementrian Sosial nanti turun di Tahun 2020 selama 3 bulan, jika kita hanya menunggu dari pusat bagaimana dengan nasib 42 penyitas yang butuh”, jelas Hidayat.
Untuk diketahui gempa tsunami yang melanda kota palu pada saat itu mengakibatkan akses jalan hancur sehingga menjadi kendala atau hambatan untuk proses evakuasi dan pengiriman bantuan logistik kepada korban gempa di Kota Palu dan Donggala, Sulawesi Tengah. (mhr)